Berubah?

Beberapa waktu lalu aku menemukan beberapa pikiran-pikiran tentang apa yang berubah dari diriku. Aku pernah berpikir bahwa sejak dulu aku tidak pernah berubah, tetapi semakin direnungi, aku berubah.

Rasanya aku menjadi manusia yang dingin, tidak peduli, bahkan terkesan sedikit masa bodoh.

Mengapa?

Pikiran itu muncul ketika hari raya kemarin, aku memiliki cukup banyak pesan lebaran dari teman-teman. Mereka yang lebih dulu mengirimiku pesan, bukan aku. Padahal jika ku ingat-ingat, dulu aku adalah manusia paling niat saat akan berkirim pesan lebaran. Aku akan menulis puisi atau kata-kata manis yang kukirim bersama pesan lebaran, lalu mengirimkannya ke semua kontak yang ada di ponselku. Saat mereka membalas, aku pun akan membalasnya satu per satu. Tapi, lihat sekarang? Berapa banyak pesan dari mereka, dan sesedikit apa pesan yang kukirim lebih dulu pada orang lain. Bukannya aku merasa tidak memiliki salah, aku sadar banyak sekali kesalahan. Hanya saja, aku malas. Entah mengapa.

Itu baru satu dari perubahanku. Perubahan lainnya ?

Aku merasa sedikit tidak peduli pada sekitar. Rasanya dulu aku adalah manusia yang cukup peka, perasa. Jika ada seseorang yang nampaknya marah padaku, aku bisa saja menangis berhari-hari, bahkan memohon-mohon maaf meski aku tak tahu apa salahku. Sekarang? Sepertinya aku tidak peduli.

Aku rasa sekarang pun aku lebih sulit percaya seutuhnya dan menaruh harapan pada seseorang. Dulu sekali, aku bisa menceritakan banyak masalahku pada sahabatku. Masalah apapun, bahkan aku tak malu menangis dan berurai air mata di depan mereka. Sekarang? Rasanya semua masalah ku urai sendiri. Kalaupun aku bercerita, cerita itu akan mengalir pada orang-orang yang tepat. Bukan hanya pada satu atau beberapa orang tertentu. Contohnya, masalah percintaan (padahal jomblo wkwk), aku hanya akan bicara pada temanku yang sudah menikah, yang sudah lebih dewasa dan bisa berpikir realistis. Masalah akademik, aku hanya bicara pada mereka yang memang paham situasi ku. Sekarang sepertinya tidak ada satu orang pun di dunia ini yang tahu semua kesulitanku. Mereka hanya akan tahu sebagian kecil dari kesulitanku. Karena aku membagi-bagikan cerita kesulitanku itu pada banyak orang. Aku lebih baik menaruh sedikit kepercayaan pada banyak orang, daripada meletakkan seluruh kepercayaanku pada satu orang.

Berharap?

Entah sudah berapa kali aku selalu berakhir patah hati setiap kali berharap. Tentu saja bukan salah siapa-siapa. Hanya saja harapanku yang terlalu tinggi dan terlalu jauh dari kenyataan dan realita yang ada. Sekarang, setiap kali akan ada sebuah harapan, aku segera membunuhnya. Berusaha untuk tidak lagi memupuk harapan, apalagi pada hal-hal yang tak jelas kepastiannya. Termasuk urusan jodoh 😂 aku mundur teratur untuk berharap masalah itu.

Aku merasa berbeda dengan diriku. Kadang merasa sangat lelah, seakan kehabisan energi, walau tak melakukan apapun. Ya tentu saja, meskipun fisikku diam, tapi hati dan pikiranku terus berjalan, berputar, mencari titik terang untuk kehidupanku.

Melihat diriku yang sekarang, rasanya aku seperti tak punya siapa-siapa selain Allah kemudian diriku sendiri yang memahamiku seutuhnya. Yang tahu semua kesulitanku dan keresahan ku, ya hanya Allah kemudian aku. Orang lain? Keluarga? Mereka hanya melihatku di satu sisi. Sisi yang kuperlihatkan pada mereka.

Lagi-lagi, ini bukan salah siapa-siapa, bukan karena mereka yang tidak mau mendengarkan ku, tapi aku yang hanya bersedia menunjukkan sedikit sisi diriku.

Tanpa sadar, aku memang berubah. Tapi semoga perubahan ini adalah perubahan yang baik. Bukan perubahan yang membuatku semakin sepi, merasa sendiri, merasa tidak diinginkan.

Apa sih yang kutulis, sangat acak seacak pikiranku sekarang wkwk. Sudahlah, selamat malam!

Bms
270520

Komentar