Sekelumit Kagum


Image result for kartun muslimah
Kemarin, aku tak punya uang di dompetku. Hanya beberapa lembar uang kertas dua ribuan sisa membeli makan siang. Sepulang bekerja, aku mampir ke sebuah ATM, menarik uang untuk makan beberapa hari ke depan. Saat menengok saldo ATM-ku, aku bergidik. Jatah bulan ini sudah habis dan aku bahkan sudah memotong jatah untuk bulan depan. Ya, sejatinya, ATM yang kuambil uangnya itu, adalah tabunganku. Tabungan yang awalnya kuniatkan untuk membeli kamera impian, kini harus kurelakan untuk membiayai hidupku.

Sudah beberapa bulan sejak aku resign dari pekerjaanku. Gaji bulanan yang biasanya sangaat cukup sekali untuk hidup sehari-hari bahkan bisa kusisihkan untuk menabung, sekarang sudah tak ada. Aku sekarang hanya freelance yang gajinya tak seberapa, dan mengandalkan tabungan untuk bertahan hidup. Tapi, inti cerita ini bukan tentang tabunganku atau sulitnya kehidupanku setelah resign. Sesulit-sulitnya hidupku sekarang, masih banyak manusia yang lebih kesulitan lagi. Jadi, aku bukan apa-apa, hanya remah marimas jika dibandingkan dengan manusia-manusia hebat yang tetap kuat di tengah kesulitannya.



Kembali ke inti cerita, setelah aku menarik uang di ATM, entah bagaimana pikiranku tertuju pada para ibu yang memutuskan menghentikan karir mereka untuk menjadi ibu rumah tangga. Bagaimana perasaan mereka ketika mereka yang biasa menghasilkan uang sendiri, bisa membeli keperluannya sendiri, tiba-tiba harus bergantung pada suami mereka? Betapa hebatnya mereka bisa menekan ego mereka untuk berubah dari seorang fighter di dunia mereka menjadi seorang fighter di rumah. Betapa meraka sangat ikhlas menjalani tugas utama mereka menjadi 'robbatul bayt" ketika mereka bisa saja menjadi petinggi di perusahaan mereka.

Aku saja gengsi setengah mati untuk sekedar mengatakan pada orang tuaku bahwa aku kesulitan, bahwa aku butuh bantuan mereka secara materi. Padahal aku baru bekerja beberapa bulan, dan baru resign beberapa bulan. Lalu, bagaimana perasaan mereka yang sudah bekerja bertahun-tahun, lalu harus menjadi ibu rumat tangga untuk bertahun-tahun kemudian? Bagaimana mereka mengatur perasaan mereka? menekan ego mereka? Bagaimanapun, merumahkan seseorang yang biasa bebas tak pernah mudah. Bahkan merumahkan kelinci yang memang hewan peliharaanpun butuh penyesuaian. Merumahkan tikus untuk penelitian pun butuh aklimatisasi yang tak sebentar.


Ah, aku salut pada wanita-wanita karir itu, wanita karir yang memutuskan berhenti dan mengubah arah menjadi asisten suami nya, menjadi ibu sesungguhnya bagi anak-anaknya.

Lantas, apakah aku yang pecicilan ini, kelak bisa seperti mereka? Wallahu a'lam. Biarkan takdir Allah yang menjawab semuanya. Masa depan adalah milik Allah, yang bisa kita lakukan hanyalah memperbaiki diri kita hari ini agar masa depan kita pantas menjadi baik menurut Allah.


Sekian cerita random hari ini. Terimakasih :)

Salemba
210918

Komentar