Travel Story : Niqab


Selamat malaaam ~

Right now, I'm on my way to Jakarta. I couldnt sleep, so I decide to write something here.
Beberapa hari yang lalu, dalam perjalananku kembali ke Jogja, aku bertemu seorang perempuan bercadar di bis. Ketika itu, bangku sebelahku kosong, dan karena beberapa alasan aku sebenarnya berdoa dalam hati agar bangku itu tetap kosong sampai Jogja. Aku sedang ingin sendiri wkwkwk. Tetapi, di Sumpiuh, ada penumpukan naik dan entah apa alasannya dia memilih duduk di bangku sebelahku. Aku yang sedang ingin sendiri itu sebenarnya kesal dalam hati, why here???? Awalnya aku berpura-pura tidur tetapi karena memang ndak ngantuk akhirnya bangun lah. Dan perempuan itu mulai membuka obrolan. Aku awalnya ogah-ogahan menanggapinya, tapi semakin lama cara bicara ibu itu membuatku tertarik.

Ibu itu ternyata akan terbang ke Kuala Lumpur. Ia seorang perempuan Jawa asal Sumpiuh ( yang bahkan tau almamaterku dan nama mantan kepala desaku haha) yang menikah dengan pria Kuala Lumpur. Ia baru pulang kampung menjenguk orang tuanya di Sumpiuh. Dari situ, ia mulai bercerita tentang banyak hal dan yang paling menarik menurutku adalah masalah niqab atau cadar.

Beliau bercerita bahwa selama ia di Jawa, ia merasa bahwa memakai niqab atau cadar sudah bukan hal yang tabu lagi. Sudah banyak perempuan memakai niqab dalam keseharian dan masyarakat pun mulai terbiasa. Aku menimpali beliau sambil menceritakan beberapa hal yang ku temukan juga di Jogja terkait niqab. Tentang mahasiswi yang sudah mulai berani memakai niqab dan beberapa fakultas yang jg sudah mulai membolehkan pemakaian niqab di lingkungan kampus. Juga tentang wisma muslimah di dekat kos lamaku yang mayoritas penghuni nya memakai niqab. Menurut beliau, orang-orang di Indonesia rapi dan teratur dalam pemakaian niqab. Beliau bilang bahwa di tempat tinggalnya, ada orang yang memakai niqab tetapi memakai celana panjang, atau bahkan pakaiannya pendek. Beliau salut dengan totalitas muslimah Indonesia dalam memakai niqab. Aku pun mengamini pendapat beliau.

Beliau juga sempat menyinggung tentang perempuan yang banyak memakai masker. Beberapa kali beliau melakukan perjalanan ke daerah Purwokerto dan menemukan banyak perempuan memakai masker. Menurut beliau di negaranya, jarang sekali orang yang memakai masker kecuali ketika ada kiriman asap dari Sumatera (ini so sad, kesannya kek Indonesia kasih efek buruk kesana huhu). Tapi beliau bilang, apapun alasan orang memakai masker itu, entah karena menghindari polusi, sakit, atau ingin memakai niqab tetapi belum berani, itu adalah hal baik yang perlu disyukuri. Aku tak bisa menjelaskan maksudnya secara detail, tapi aku paham maksudnya haha. Menurut beliau sendiri, memakai niqab adalah sunnah. Jadi tak apa jika suatu ketika seseorang yang memakai niqab itu membuka niqabnya untuk hal-hal yang memang diperlukan untuk membuka niqab, misal verifikasi di bandara, atau mungkin ujian-ujian di bangku perkuliahan. Aku sendiri memang pernah mendengar ada perbedaan pendapat tentang niqab, ada yang mewajibkan ada pula yang menganggapnya sunah. Aku pribadi sependapat dengan ibu itu.

Dari pertemuan ku dengan ibu itu, aku seperti mendapat semacam mendapat dukungan bahwa apa yang ku lakukan saat ini itu tak apa. Mungkin beberapa orang sadar kalau belakangan aku sering memakai masker. Awalnya aku hanya berniat menghindari polusi, tetapi seiring waktu aku jadi terbiasa dan rasanya ada yang kurang ketika aku tak memakai nya. Aku memang masih membukanya ketika bicara atau ketika bertemu orang-orang yang kukenal, tetapi ketika berada di lingkungan asing, rasanya memakai masker itu seperti memberi kenyamanan tersendiri. Aku belum pernah terlintas untuk memakai niqab, karena kalian bisa lihat sendiri bagaimana aku berpakaian sehari2. Aku merasa bahwa untuk saat ini, apa yang kulakukan sudah cukup. Tapi bukan berarti aku berhenti sampai disini. Muslim yang baik akan selalu memperbarui dirinya bukan? Daripada penampilan, masih ada hal yang menurutku lebih urgent untuk diperbaiki sesegera mungkin.

Aku merasa bersyukur karena bertemu beliau. Kegundahanku saat perjalanan itu perlahan hilang dan justru digantikan oleh ilmu yang insyaallah bermanfaat. Inilah alasan mengapa aku sangat suka melakukan perjalanan dan menaiki kendaraan umum, kadang ada pertemuan-pertemuan dengan orang tak terduga yang justru membuka mata, hati, dan pikiran kita pada hal-hal yang awalnya tak terpikir oleh kita.

Jadiii, sekian saja cerita tentang perjalanan kali ini. Hehe. See you next time in another travel story.


-fiadesi
Diatas Jayakarta Premium yang sedang melaju
181017

Komentar