Catatan Untuk Pejuang :)

Image result for single fighter quote




Hari ini aku ingin menulis tentang seseorang. Seseorang yang aku kenal dengan baik, sangat baik, lebih dari siapapun mengenalnya. Dia sudah cukup lama berdiam diri, sibuk dengan dunianya sendiri, sempat tak peduli dengan sektiarnya dan hanya fokus pada apa yang menjadi kewajibannya saat itu. Aku  rasa, banyak orang mulai bertanya-tanya tentang dia secara diam-diam. Mereka mempertanyakan apa yang dia lakukan, apa rencanya, ingin tahu tentang apa yang ada di pikirannya. Atau mungkin ada orang-orang yang diam-diam menggerutu ketika melihat dia memposting beberapa aktivitasnya di akun media sosialnya, mempertanyakan apa yang dia lakukan, mempertanyakan kenapa hidupnya terlihat seolah tak ada beban karena nampaknya ia berkeliaran kemana-mana.

Tentang orang-orang yang mempertanyakan tentang apa yang dia lakukan sekarang setelah kewajiban 4 tahunnya usai, aku rasa mereka punya motif yang berbeda-beda. Sebagaimana aku ketika bertanya-tanya tentang kehidupan orang lain dalam hati diam-diam. Ada orang-orang yang bertanya karena mereka memang peduli atau butuh informasi, barangkali ingin membantu memberi pencerahan untuk dia, ada pula orang-orang yang hanya iseng karena kepo kemudian diam-diam membandingkannya dengan hidupnya, menghina diam-diam jika hidup mereka lebih baik dari dia, atau iri jika hidupnya lebih baik dari mereka. Saat menyadarinya, aku tetiba berdoa, semoga aku tak jadi orang-orang yang bertanya hanya karena kepo tetapi bertanya karena memang peduli, bukan hanya sekedar kepo.

Orang-orang itu, mereka tidak tahu pasti apa yang dilalui dia sebaik aku tahu apa yang dilaluinya. Dia berdiam diri karena dia punya alasan, bukan alasan, tetapi kewajiban lebih tepatnya. Kewajiban dan tanggung jawab yang membuatnya harus menunda segala rencana dan mimpinya. Ia tak kehilangan mimpinya sama sekali, ia hanya mencari cara lain agar kewajiban dan mimpinya bisa berjalan beriringan tanpa saling bertabrakan. Orang-orang hanya melihat dia sepintas, sekilas, mereka bahkan tak menatap matanya ketika berbicara padanya, mereka hanya ingin melihat apa yang ingin mereka lihat dan bertanya sambil berharap mendengar apa yang ingin mereka dengar (tak semuanya, tapi kurasa kebanyakan orang demikian). Dia mungkin terlihat kuat, ceria, seolah hidupnya tak ada beban. Tapi percayalah, jika kau buka hatinya, tidak tidak, jika kau tatap sedikit lebih lama saja matanya, kau akan tahu apa yang sejatinya ia rasakan. Jika kau dengar cerita-ceritanya, kau akan tahu serumit apa hal-hal yang bergelayutan di kepalanya. Dia menyembunyikan semuanya dan hanya bercerita padaku karena percaya bahwa aku akan selalu mendukungnya, dan ya, aku pasti akan selalu dan terus mendukungnya. Hanya ada satu yang sangat erat bertahan di hatinya dan tak goyah karena urusan-urusan materi.

Itu adalah keyakinannya. Keyakinan bahwa setiap orang memiliki zona waktu yang berbeda-beda, keyakinan bahwa setiap orang memiliki garis yang sudah dituliskan tersendiri oleh Penciptanya, keyakinan bahwa setiap orang akan tersenyum di waktunya masing-masing. Dia tahu bahwa di hadapannya akan ada kegagalan yang mungkin menerjangnya, mungkin tak hanya sekali tapi bisa berkali-kali. Tetapi dia tahu bahwa Tuhannya tak akan pernah memberi cobaan melebihi batas kemampuannya. Dia tahu bahwa dia hanya perlu melewatinya sambil tersenyum, menikmati setiap proses, tanpa lelah berusaha, tanpa pupus berdoa. Yakin, bahwa meskipun kegagalan akan menerjangnya berulang kali, ia hanya perlu tegar melewatinya sambil menghitung seberapa banyak jatah gagal yang dia habiskan untuk sampai pada titik yang orang sebut sebagai berhasil, sukses, lolos, apapun itu. Dia punya keyakinan penuh bahwa Allah punya rencana sendiri untuknya, selama ia sudah mengantongi ridha orang tuanya, dia percaya bahwa jalan apapun yang ditempuh, jalan itu akan mendapat ridah Allah jua.

Aku hanya bisa mendoakannya sambil berharap agar keyakinannya tak berubah, sebaliknya aku berharap keyakinan itu tumbuh semakin kuat dan semakin dalam mengakar dalam sanubarinya. Dia, aku berjanji untuk selalu mendampinginya apapun yang terjadi.

Dear you, walaupun kamu jomblo (wkwk), percayalah kamu tak pernah benar-benar sendiri karena ada aku yang mengiringimu, ada keluarga yang siap jadi tempat bersandar, juga sahabat-sahabat yang siap sedia menampungmu saat butuh 'pengungsian' (hihi), dan yang pasti kamu punya Allah yang sangat dekat denganmu sedekat jarak dahimu dan lantai ketika kamu bersujud (eaaa hahaha). Fighting!!!

-fiadesi
130817 16:54

Komentar