Dilema 10 Hari Terakhir Ramadhan

Image result for lailatul qadar
pic from quran-o-sunnat.com

Sungguh waktu begitu cepat berlalu. Bahkan kali ini, rasanya lebih cepat dari biasanya. Ku pikir baru kemarin hari pertama Ramadhan tiba, tiba-tiba saja kini sudah di ujung. Mendekati hari raya, mendekati lebaran. Sepuluh hari terakhir bulan penuh kemuliaan.

Hari-hari ini, aku yakin mall-mall akan mulai dipadati pembeli, jalan raya dipadati pemudik, pasar-pasar dipenuhi ibu-ibu yang belanja kebutuhan lebaran. Hiruk pikuk hari raya akan segera datang. Orang-orang mulai terlalu sibuk menyambut kemenangan, hingga lupa ada perpisahan dengan bulan kemuliaan ini. Yang untuk berjumpa dengannya lagi, kita harus menanti ratusan hari.

Tentu saja ketika perpisahan terjadi, pertemuan akan mengiringi. Kita berpisah dengan Ramadhan, lalu bertemu dengan Syawal, bulan kemenangan. Yang jadi pertanyaan, apakah kita benar-benar menang? Apakah kita pantas bersuka cita di bulan kemenangan dengan ibadah kita di bulan Ramadhan yang hanya 'segitu'?

Bagi mereka yang sungguh-sungguh sejak awal Ramadhan, aku rasa pantas bagi mereka bahagia menyambut kemenangan. Karena mereka memang telah menang atas hawa nafsu mereka selama Ramadhan. Menang atas segala godaan ketia berpuasa. Menang dengan ibadahnya yang tak hanya melimpah namun berkualitas.

Lalu kita? Aku, kamu? Sudahkah merasa pantas?

Di sepuluh hari terakhir ini banyak orang justru melemah semangatnya, mungkin kita juga termasuk. Merasa lelah dan mulai tersibukkan dengan hirup pikuk hari raya. Padahal hakikatnya, di sepuluh hari terakhir ini lah ibadah kita harus digenjot, diperbanyak, ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Ada malam Lailatul Qadr yang kata Allah lebih baik dari seribu bulan menanti untuk dijemput. Malam dimana Allah turun ke langit dunia dan mendengar doa-doa hambaNya. Malam yang penuh keberkahan hingga fajar menjelang.

Tetapi banyak dari kita yang malah sibuk lembur membuat kue, sibuk lembur kerja agar bisa cuti lebih awal dan mudik lebih awal, sibuk lembur mengejar setoran untuk angpau hari raya, dan malah lupa untuk lembur bertilawah, lembur dzikir, dan mendekatkan diri pada Allah.

Rasanya trenyuh. Karena aku pun seringkali demikian. Tapi lebih baik kita tersadar daripada lalai berkelanjutan. Setidaknya masih ada beberapa hari lagi, masih ada beberapa malam ganjil lagi yang mungkin jadi waktu turunnya Lailatul Qadr. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki ibadah kita, mengejar target yang belum tercapai, melembur tilawah dan dzikrullah. Tidak apa di awal Ramadhan kita sibuk bukber disana sini, setidaknya kini kita masih diberi nafas untuk menebus ibadah yang sempat terlewatkan untuk bukber. 

Di penghujung Ramadhan yang sudah tak genap 10 hari terakhirnya, mari mendekat lagi padaNya. Agar kita pantas menjadi orang-orang yang bersuka cita menyambut Idul Fitri dan benar-benar terlahir kembali layaknya bayi yang baru lahir dan menjadi pribadi yang lebih baik.

-fiadesi
Malam 23 Ramadhan
170617

Komentar