Menahan jemariku untuk tidak lagi mengetuk pintu rumahmu
itu adalah hal tersulit dan paling menyakitkan
kenyataan bahwa aku meninggalkanmu
kenyataan bahwa aku melepaskanmu
kenyataan bahwa aku melepaskanmu
lalu aku merangsek untuk memasuki lagi hatimu
aku seperti manusia tak tahu diri
yang selalu datang dan pergi sesukanya
karena tahu bahwa kau selalu memaafkan dan menerimaku
jangan biarkan! jangan biarkan!
karena kau tau, semakin kau membiarkanku
karena kau tau, semakin kau membiarkanku
aku mungkin saja menghancurkanmu lagi
aku mungkin saja membebanimu lagi seperti dulu
aku mungkin saja menuntut terlalu banyak lagi seperti dulu
tolong tahan aku!
kau tau, hanya penolakanmu
kau tau, hanya penolakanmu
yang kan buatku berhenti melangkah
tolong terus tahan aku hingga aku menyerah lagi seperti dulu
aku sadar rasanya akan sangat menyakitkan buatku
tapi kau tau aku kuat dan aku mampu menghadapinya
kau tak perlu khawatir aku akan terluka lagi
sejak dulu luka telah menjadi kawan yang tak pernah pergi
kau tak perlu khawatir
jika lukaku akan terus mengucurkan darah dan basah
karena waktu akan menjadi obat paling ajaib yang pernah ada
luka itu aku yakin akan mengering dan berhenti mengucurkan darah
tolong tahan aku!
aku tau aku akan terus menangis dan merintih dimanapun
tapi tolong abaikan
aku tau aku akan terus menangis dan merintih dimanapun
tapi tolong abaikan
semua itu hanya jeritan-jeritan sementara
semua itu hanya alibi untuk menahanmu melepasku
tolong tahan aku!
hingga saatnya tiba untuk mencinta lagi
entah padamu atau orang lain
sampai saat itu tiba
tolong tahan aku!
hingga saatnya tiba untuk mencinta lagi
entah padamu atau orang lain
sampai saat itu tiba
hiduplah dengan tenang tanpa hadirku
@ruang jiwa, 180815
9:39 Perpus LIPI Cibinong
Komentar
Posting Komentar