Pertemuan Pertama dan 'Mungkinkah?'


Pertama kali aku menemukanmu,itu adalah hari dimana senja mengintip malu dibalik kelabu yang bergelayutan di lelangitan Gamping. Disana, di dalam sunyi, aku menemukanmu terduduk bisu. Lalu diantara bunyi-bunyi klakson kendaraan bermotor yang berlomba-lomba tuk tiba di tujuan lebih dulu, kutemukan matamu seolah menemukan mataku. Mata kita seolah saling menemukan, meski berulang kali kuingatkan pada hatiku yang masih merasai rindu, untuk tak terlalu berharap pada apa yang banyak orang katakan sebagai pandangan pertama.


Aku berpaling. Meski sesekali mataku usil mencuri pandang pada matamu. Matamu, tetiba mengingatkanku pada tokoh film yang baru usai kusaksikan. Kau lalu berpindah dan seakan bersmbunyi tak mau menjumpai mataku. Aku tak mengejarmu. Membiarkanmu tersembunyi disana dan aku tetap di posisiku. Diam menunggu monster besi yang kan menjemputku lalu mengantarku pada apa yang kusebut pulang. 

Monster besi itu muncul. Kau bergegas menghampirinya, sementara aku tak sadar bahwa monster itu pula yang seharusnya membawa ragaku kepada pulang. Sebaliknya, aku mengayun langkah, memenuhi raungan organ-organ dibalik kulitku yang rupanya belum kupakani seharian ini. Di depan pintu itu, kau seolah menunggu. Dan tatkala aku melewatimu, entah bagaimana hati ini berbisik bahwa kau mengekori langkahku. Lagi, hatiku memperingatkanku. Jangan berharap.

Usai kudapat apa yang dimau organ-organku, aku kembali terduduk bisu. Masih menunggu, hingga dikagetkan oleh seruan-seruan yang memanggil namaku. Menyadarkanku bahwa monster besi itu menungguku. Aku bergegas, namun tak kutemukan kau disana. Kemana? Aku bertanya-tanya. Padahal di sisi lain hati ini, ada sepucuk harap kau ada disana lalu menyejajari keberadaanku. Anganku lalu mencipta sebuah kisah, dimana kita mulai saling bertukar senyum, lalu bertukar nama. Kita mulai berbagi kisah hingga tumbuh ikatan bernama teman. dan di masa-masa selanjutnya, kita akan saling mencari dan saling menemukan kembali dengan bibit-bibit kasih yang telah bersemaian.

Tapi realita yang kutemukan hanyalah kosong. Sisiku hanya udara kosong yang mendesau bersama dingin. Aku lantas memandang senja di balik jendela kaca yang masih menyapukan jingga diantara kelabu. Membiarkan pertemuan itu menguap dan terlupakan oleh kesunyian senja.

Dan di pemberhentian itu, aku menyadari bahwa sejatinya kau ada disana. Tak mengikutiku seperti yang aku harapkan. Karena kau duduk disana, disisi pintu , tersembunyi oleh gelap yang tak bisa dienyahkan oleh mataku. Mataku hanya menemukanmu disana, di bangku panjang itu menenggak sebotol minuman. Aku tak menemukan parasmu, hanya postur tubuhmu dengan sweater putih dan jeans biru yang entah bagaimana telah tersimpan sangat rapi dalam pikirku. Hei, aku tidak menghafal? Lalu bagaimana aku ingat?

Kau kembali ke monster besi itu. Tak menolehkan wajahmu padaku. Aku tahu, itu wajar karena kita tak saling mengenal. Hanya tak sengaja bertatapan dalam penantian yang sama. Penantian terhadap dia yang membawa kita pulang. 

Dan ketika aku turun, melewatimu, jantungku berdetak. Bertanya-tanya, apakah kau mengekori langkahku atau membiarkanku seakan angin lalu yang tiada artinya. Kupilih jawaban kedua. Agar aku tak lagi berkhayal tentang kisah-kisah yang kuharap terjadi padahal hanya fiksi. Dan ketika kakiku menjejak tanah di tempatku pulang,, aku menatap sekali lagi monster besi itu, kuucapkan selamat jalan dan sampai jumpa pada kau yang tak kutahu siapa.

Pertemuan pertama itu, kemudian memunculkan satu demi satu mungkin dalam hati dan pikirku. Mungkinkah kau memperhatikanku? Mungkinkah kau teringat aku seperti aku teringat kau? Mungkinkah aku dan kau dipertemukan kembali oleh takdir yag selalu misterius? Ataukah pertemuan kita hanyalah kebetulan yang tak bermakna apapun? entahlah. Hanya Rabb yang tahu itu. Tapi hatiku mengatakan, bahwa dalam setiap pertemuan akan ada makna yang tersimpan. Makna itu terkadang tak kita sadari, hingga setelah sekian waktu berlalu, kita kemudian tersdar, bahwa pertemuan itu adalah benang merah atas takdir-takdir yang kemudian terjadi di masa depan. Entah takdir itu berkaitan dengan kita, atau hanya masing-masing dari kita. Pertemuan pertama kita, mari kita menunggu takdir membisikkan kisahnya dan menunjukkan keajaibannya.

@ruang jiwa, 220115
Mengenang lelaki yang kulihat pertama kali, di agen bus patas jogja-cilacap
dalam perjalanan pulang ke rumah. senja hari rabu tanggal 14 Januari 2015.
He uses whiter sweater and blue jeans. Will we meet again? Dunno. Let Allah show us His Magic.

Komentar