Ini Catatan Tentang Oppa

Mungkin kalian bertanya-tanya, siapa oppa? Kenapa sampai kamu membuatkan catatan tentang dia? Baiklah, aku akan menjawabnyaa. Tapi sebelumnya, perkenalkan dulu aku. Namaku Ran. Siapa aku? Yah, aku hanya gadis biasa yang entah mengapa kesulitan melupakan seseorang dari masa lalu. Nah, sekarang kalian bisa menebak kan, siapa oppa itu?

Ya benar, dia seseorang dari masa lalu. Aku menyebutnya oppa, karena dia seperti kakak laki-laki bagiku Tapi hubungan kami tak sesimpel itu. Aku menyayangi oppa. Mungkin mencintainya. Aku bersamanya menjalani hari-hari selama beberapa tahun. Rasa nyaman dengannya tak pernah membuatku bosan. Demikian pula dengan oppa. Dia tak pernah mengeluh bosan denganku. Dia selalu menyayangiku, seolah-olah perasaannya tak pernah berubah.

Oh ya, perlu kalian tahu. Kami bersama hampir 5 tahun. Dan 3 tahun pertama kami baik-baik saja, ya walau tetap ada masalah-masalah kecil dan itu selalu aku yang memulai (memulai marah maksudku). Pemicunya bisa dari aku atau dia. Semua itu bisa kami lewati entah aku atau dia yang mengalah. Tapi selalu ada yang mengalah dan kami berdua tak pernah sama-sama keras kepala. Dan semua kedamaian itu mulai berubah di tahun keempat. Kalian pasti berpikir, pasti mulai ada rasa bosan diantara kami, atau pasti ada pihak ketiga yang mulai masuk ke dalam hubungan kami. Begitu kan? Kalau pikiran kalian begitu, itu salaahh.
 
Aku sendiri sama sekali tidak pernah bosan dengannya. Bahkan dengan kondisi hubungan kami yang bisa dibilang aneh. Ah tolong, jangan tanyakan bagaimana anehnya hubungan kami. Kalian pasti akan tercengang kalau aku meneritakannya dan tidak akan menyangka kalau itu bisa terjadi. Sudah biar itu jadi rahasiaku dan oppa saja.

Ya permasalahan itu adalah tentang diam. Oppa mulai diam. Tidak pernah membalas smsku, telponku, bahkan dia tidak menyapaku. Aku tidak tahu apa masalahnya. Sebelumnya oppa memang sering seperti itu, tapi aku bisa menghadapinya. Dan kali ini pun aku mencoba menghadapinya seperti biasa. Sayangnya untuk kali ini, diamnya oppa terlalu parah. Entah berapa minggu dia diam. Sekarang kalian pasti mulai berpikir lagi, kalau begini, pasti oppa mulai bosan. Ya, aku juga awalnya berpikir begitu. Tapi itu tidak terbukti, dalam masa diam oppa, dia pernah membalas beberapa pesanku, ya walau hanya sekilas dan sebentar saja obrolan kami. Dan itu tandanya dia baik-baik saja. Perasaannya masih sama, aku yakin. Sekarang, kalian mungkin akan berpikir kalau aku terlalu percaya diri. Terserah. Tapi hatiku mengatakan demikian. Dia masih oppa yang dulu.

Aku yakin, di dunia ini tidak akan ada wanita yang kuat didiamkan kekasihnya berminggu-minggu atau mungkin berbulan-bulan? Demikian juga aku. Aku tidak sekuat yang aku yakini. Aku memutuskan berhenti. Meski hatiku menolak untuk berhenti. Aku mulai membenarkan dugaan-dugaan dalam hatiku yang mengatakan mungkin dia bosan, mungkin dia menemukan orang lain, atau dugaan-dugaan lain. Malam itu, menjelang tengah malam. Aku memutuskan untuk mencurahkan semua perasaanku lewat sms. Dan kalau kalian mau tahu, ada sekitar 5 sms panjang yang kukirimkan padanya. setelah cukup lama menunggu, balasan darinya datang. Kalian mau tahu isinya? Dia hanya tertawa lalu mengatakan maaf karena sudah membuatku seperti itu. Dan malam berikutnya, aku memutuskan mengakhiri semuanya. Lagi-lagi hanya lewat sms. Kalian mungkin akan berpikir kalau aku tega. Tapi saat itu aku berpikir, mungkin memang oppa mulai bosan, hanya saja dia tak tega menyakitiku. Jadi, aku biar akumengalah dan mengakhiri semuanya.Toh inisemua untukkebaikankami berdua. Yang harus oppa tahu, adalah kenyataan bahwa meskipun aku sudahmengakhiri semuanya, perasaan ini masih belum mau berakhir. Dan sampai detik ini, aku masih menyayanginya, meski aku hanya akan bertindak sebagai sahabatnya. Aku pernah membaca suatu quote, begini bunyinya : sahabat jadi cinta itu ketulusan, tapi mantan jadi sahabat itu kedewasaan. Mungkin itu benar. Tapi alasan yang paling logis, berakhirnya hubungan kita dengan seseorang bukan berarti tali silaturahmi putus kan?

Dan untuk oppa, terimakasih untuk semua kenangannya. Pahit atau manis, semua ada pelajaran yang bisa diambil. Terimakasih sudahmengajariku untuk dewasa, mengajariku untuk mengerti dan memahami, mengajariku untuk ikhlas, dan mengajariku untuk tidak banyak mengeluh. Ich liebe dich, oppa.

@ruangjiwa, 090115

Komentar