Melangkahlah dan Relakan

Barangkali ini adalah balasan atas kesombonganku selama ini. Aku telah berbangga hati mengatakan bahwa hati ini sudah lepas darinya. Tanpa tahu itu hanya lupa sesaat. Bahwa hati ini sudah menjatuhkan diri pada sosok yang lain. Tanpa tahu itu hanya suka yang hilang dalam sekejap.

Kini, aku seolah menyadari kembali. Pada hakikatnya, rasa itu tak pernah benar-benar meninggalkan hati. Rasa itu sejatinya hanya mengendap sementara lalu pada suatu ketika dia muncul kembali ke permukaan. Dan saat harap-harap mulai bermekaran, saat rindu seakan menguap, aku dipertemukan pada satu kemungkinana dimana barangkali dia sudah melupakanku dan sudah menjadi milik orang lain. Kemungkinan itu, entah bagaimana menyisakanan nyeri di sudur hati yang nampaknya tak pernah henti membutuhkannya. Nyeri itu semakin dalam dan terasa tatkala memori ini mengatakan tentang betapa dia mudah berteman dan mata ini bersaksi bahwa semakin hari ia semakin bersinar (meski sejak dulu, dia memang sudah seperti itu).

Sebenarnya bisa saja aku mengatakan semuanya, jujur padanya tentang rasa yang mungkin sulit berpaling. Bukankah sejak dulu aku memang terbiasa jujur dengan semua perasaanku? Tapi kali ini, aku tak ingin menjadi penjahat yang masuk dan keluar kehidupan seseorang seenaknya. Dan aku pun khawatir jika munculnya rasa ini hanyalah efek kesepian dan kerinduan yang terkadang menyergapku. Tuntutan dan kewajibanku sebagai seorang anak untuk membahagiakan orang tua, juga menjadi satu faktor yang menahan diriku untuk tidak melakukannya. Terlebih hatiku keras menentang hal itu karena keyakinanku, juga ketakutan bahwa aku dan segala sifatku masih belum berubah. Jika aku memaksa jujur,bukan tak mungkin masalah-masalah seperti dulu akan kembali bermunculan dan menyulitkan kehidupanku sendiri.

Saat ini, yang bisa kulakukan hanyalah melepaskan. Melepaskan semuanya. Kenangan, harapan, dan segala sesuatu tentangnya. Aku hanya perlu kembali ke lembaran kehidupanku saat ini, lembaran kehidupan yang sedang kutulisi kisah-kisah baru. Dan rasa itu, rindu itu, mungkin hanya oleh-oleh dari perjalanan hatiku ke masa lalu yang akan segera habis dilindapkan oleh waktu. Anggaplah semuanya hanya suatu nostalgia masa lalu, singgah sejenak disana untuk mengambil hikmah dan bukan untuk tinggal. Aku hanya harus melepaskan, melangkah, dan relakan semuanya.

ALLAH mempunyai alur cerita yang lebih indah untukku.

Fiadesi, Kebarongan
@ruang jiwa, 261214

Komentar