Sesiang Itu : Ketika Mata Ini Bersua

Sesiang itu
Ketika kaki mungil ini menelusuri jejak-jejak di jalan setapak
Di bawah naungau pepohonan berumur tua

Sesiang itu
Ketika raga tengah berkeluh kesah pada mentari
Bertanya-tanya mengapa ia sepanas ini?

Sesiang itu
Ku menemukan sepasang mata di balik tabir
Sekejap saja pertemuan itu dan aku memilih hilang

Sesiang itu
Ku merasakan debar jantung ini berderap lebih kencang
Seketika ku tahan ia dengan dzikir sebut asmaNya

Sesiang itu, Rabbi
Kau, mengapa pertemukanku dengan dia?
Di depan rumah sederhanaMu? Ketika ku nanti panggilan siangMu?

Sesiang itu, Rabbi
Aku ini lemah jika bersua matanya
takut terjerumus dalam bayang-bayang matanya

Sesiang itu, Rabbi
Hatiku ini sedang terbolak-balik tak jelas
karena kejelasan hati ini sepertinya tengah Kau permainkan

Sesiang itu, Rabbi
Jiwa ini kesulitan melepaskan diri dari bayang mata itu
Hanya mata Rabbi! Hanya mata! Andai itu dirinya, seutuhnya, apa jadinya?

Sesiang itu, Rabbi
Sepertinya Kau sedang ingin berdekatan dengan diri ini
Ah, bukan, Kau tak pernah butuh aku
tapi diri ini yang selalu butuh Kau

Sesiang itu, Rabbi
Jika pertemuan itu adalah jalanMu, jaga jiwa yang tengah bersiap terbang ini
tetap memegang rute perjalanannya menuju dia bersamaMu
Namun jika bukan, biarlah jiwa ini menemukan jalannya dengan tetap disertaiMu

@ruangjiwa, 031114
when suddenly I saw you in front of His House
_A_

Komentar